Senin, 19 Oktober 2015

#Tugas Ilmu Budaya Dasar 1






NAMA                : WIWIT AGUNG PRAYOGO
NPM                   : 17515199
KELAS               : 1PA16
FAKULTAS        : PSIKOLOGI
JURUSAN          : PSIKOLOGI S1
MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR  

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum . Wr .Wb

Kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmat dan kasih sayang-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Budaya Dasar ini.

Makalah Ilmu Budaya Dasar yang bertema kebudayaan yang ada di indonesia pada kali ini saya susun dengan harapan agar kita lebih mengetahui sejauh mana kebudayaan yang ada di Indonesia dan sekaligus memahami apa yang harus dilakukan untuk menjaga kebudayaan tersebut sehingga kebudayaan itu dapat menjadi cerita dan warisan bagi generasi selanjutnya amin.















DAFTAR ISI



BAB I  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang       ......................................................................   ( A)
1.2 Rumusan Masalah          ................................................................... (B)
1.3 Manfaat danTujuan       ....................................................................(C)



BAB II  ISI 

2.1 Suku Jawa      ..............................................................................  (D)
2.2 Suku Batak    ………………………………………………………(E).



BAB III  PENUTUP

3.1 kesimpulan     …………………………………………………        (F)
3.2 Saran                ...........................................................................  (G)


DAFTAR PUSTAKA























BAB I

Pendahuluan
      Bagi seorang mahasiswa, dalam bidang studi Ilmu Budaya Dasar merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan sangat bisa membantu kita semua dalam hal budaya yang sangat kompleks ini . Hal ini sangat membantu untuk mengetahui hal yang ada di dalam budaya kita termasuk budaya Indonesia yang sangat beragam.
      Dalam makalah ini saya akan membahas tentang ilmu budaya dasar. Yang akan sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari seperti berinteraksi dengan sesama budaya yang ada di inidonesia. Materi yang saya tulis mencangkup pengertian Ilmu Budaya Dasar sederhana yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dalam hal budaya di indonesia.
   Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari  kata sempurna, baik dari segi isi, cara penyajian ataupun bahasa. Walaupun begitu tapi saya berharap semoga makalah ini sangat berguna bagi  kita semua dan membatu kita untuk mengetahui apa saja yang tidak kita ketahui mengenai budaya yang ada di indonesia .








1.1  LATAR BELAKANG

        Pada pembahasan kali ini saya mengangkat tema tentang ciri khas  dari budaya SUKU JAWA DAN SUKU BATAK dari Indonesia", judul tersebut saya berikan bukann tanpa alasan karena penamaan judul tersebut sesuai dengan apa yang ada di  kebudayaan Indonesia dan tentunya hanya bangsa Indonesialah yang memilikinya . 

 1.2 RUMUSAN MASALAH
      Dalam konsep penulisan yang saya tulis ini dimana saya akan membahas dan mempelajari kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya pada SUKU JAWA dan SUKU BATAK diantaranya:
1. Apa saja yang ada pada suku jawa dan suku batak?
2. Apa saja ciri khas dari suku jawa dan suku batak?
3. Bagaimana budaya yang ada pada suku jawa dan suku batak?

1.3  MANFAAT DAN TUJUAN

       Adapun  Manfaat dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengingatkan kembali akan kebudayaan yang sekarang justru ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia sendiri selain itu juga untuk mengenalkan kepada generasi yang akan datang bahwa kebudayaan yang ada di Indonesia begitu melimpah sehingga merangsang generasi muda untuk lebih menghargai kebudayaan yang ada di Indonesia termasuknya pada suku jawa dan suku batak. 







Bab II
ISI
2.1 SUKU JAWA

    Pada provinsi di Jawa Tengah dan Jawa timur adalah provinsi terbanyak ,terbesar , dan sangat beraneka ragam di Indonesia. Sebagian besar penduduk jawa tengah dan jawa timur merupakan suku jawa. selain itu mata pencaharian suku jawa yang paling utama adalah bercocok tanam ( bertani ), sebernarnya banyak dari macam-macam bertani ada bertani padi, sayur-sayuran,jagung,kedelai,kacang hijau, dan ada juga bertenak ikan, serta pencari ikan (nelayan).

Budaya jawa
    Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.
    Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan budaya Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari hari.
  
    Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa selain terdapat di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatera dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik dan Gamelan. Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena pengaruh Majapahit.[4] LSM Kampung Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang menerima penghargaan seni dari AS tahun 2011. Gamelan Jawa menjadi pelajaran wajib di Amerika Serikat, Singapura dan Selandia Baru.[5] Gamelan Jawa rutin digelar di AS-Eropa atas permintaan warga AS-Eropa. Sastra Jawa Negarakretagama menjadi satu satunya karya sastra Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni.[6]
Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama. Yaitu adalah:




a.Madya karama  : Yang dimaksud dengan  krama adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam krama adalah leksikon krama bukan leksikon yang lain. Afiks yang muncul dalam ragam ini pun semuanya berbentuk krama (misalnya, afiks dipun-, -ipun, dan –aken). Ragam krama digunakan oleh mereka yang belum akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih rendah status sosialnya daripada lawan bicara. Ragam krama mempunyai tiga bentuk varian, yaitu krama lugu, karma andhap dan  krama alus..  contohnya Mbak, njenengan wau dipadosi bapak.
‘Mbak, Anda tadi dicari bapak’
b. ngoko : ngoko yaitu ungah ungguh bahasa jawa yang berintikan leksikon ngoko. Ciri-ciri katanya terdapat afiks di-,-e dan –ake. Ragam ngoko dapat digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada lawan bicara (mitra wicara). Ragam ngoko mempunyai dua bentuk varian, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus.
Contohnya :  yen mung kaya ngono wae, aku mesthi ya iso!
“Jika Cuma seperti itu saja, saya pasti juga bisa!” dan  Wingenane simbah tindak mrene
‘Kemarin dulu nenek ke sini’




Sistem kekerabatan suku bangsa Jawa adalah bilateral (garis keturunan ayah dan ibu). Dalam sistem kekerabatan masyarakat Jawa, digunakan istilah-istilah sebagai berikut.
  1. Ego menyebut orang tua laki-laki adalah bapak/rama.
  2. Ego menyebut orang tua perempuan adalah simbok/ biyung.
  3. Ego menyebut kakak laki-laki adalah kang mas, kakang mas.
  4. Ego menyebut kakak perempuan adalah mbakyu.
  5. Ego menyebut adik laki-laki adalah adhi, dhimas, dik, atau le.
  6. Ego menyebut adik perempuan adalah ndhuk, denok, atau di.


kepercayaan
     Orang Jawa sebagian besar menganut agama Islam sekitar 95%. Selain itu ada juga yang menganut agama Kristen sekitar 2% atau 2.476.865 jiwa dan Katolik 2% atau 2.398.865 jiwa, Buddha dan Hindu. Ada pula filsafat suku Jawa yang disebut sebagai filsafat Kejawen.[7] Filsafat ini berbeda dengan Taoisme dan Konfusianisme yang tidak memeluk agama tertentu, kejawen merupakan filsafat yang memperbolehkan bahkan menganjurkan untuk memeluk agama. Ada pula kaum Abangan yang nominal menganut islam namun dalam praktiknya masih banyak terpengaruh animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa dikarenakan memiliki filsafat kejawen yang dianggap sebagai pengontrol dan melindungi jatidirinya sebagai Orang Jawa.

Macam-macam dan seni masyarakat jawa,

    Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan, yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa. Tidak hanya itu ini contoh dari macam-macam senni masyarakat jawa:

1.Pakain adat / khas  suku jawa


Aadaberbagai macam pakaian adat dari suku jawa tapi yang paling terkenal adalah BATIK. Tidak hanya itu tapi juga ada pakaian kebaya jawa, kemben dan kain tapih pinjung dengan stagen.dan untuk itu kita seharusnya bangga karena batik sudah sudah sangat mendunia baik di Indonesia maupun di luar negeri dan sudah di akui oleh unesco.

2.kesenian khas  suku jawa

System kesenian masyarakat jawa memiliki dua tipe yaitu, tipe jawa tengah dan jawa timur.

a. Kesenian tipe jawa tengah
Wujud kesenian tipe jawa tengah bermacam-macam misalnya sebagai berikut :
1. Seni Tari Contoh : Seni tari tipe jawa tengah adalah tari serimpi dan tari bambang cakil
2. Seni Tembang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagu-lagu dolanan suwe ora jamu, gek kepiye dan pitik tukung,gundul-gundul pacul.
3. Seni pewayangan merupakan wujud seni teater di jawa tengah contohnya ada wayang kulit dan wayang wong (orang)
4. Seni teater tradisional wujud seni teater tradisional di jawa tengah antara lain adalah ketoprak.

b. Kesenian tipe jawa timur
Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta madura juga bermacam-macam, misalnya sebagai berikut :
1. Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban, dan tari kuda lumping, reog ponorogo.
2. Seni pewayangan antara lain wayang beber
3. Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti tanduk majeng (dari Madura) dan ngidung (dari Surabaya)
4. Seni teater tradisional antara lain ludruk dan kentrung.








c. Alat musik suku jawa
a.    GAMELAN JAWA
     Gamelan Jawa merupakan kesenian suku jawa dari  Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam Malakut)”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton. Gamelan terdiri atas gambang, bonang, gender, saron, rebab, seruling, kenong, dan kempul.

1. Kendang / Gendang
      Kendang atau gendang adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul / ditepak dengan menggunakan telapak tangan. Alat musik gendang ini terbuat dari kayu dan kulit binatang, bahan yang sering digunakan untuk membuat gendang ini adalah kayu nangka, cempedak atau kayu kelapa. Kulit Kambing dan Kulit Kerbau banyak dipilih untuk bahan kendang yang disesuaikan dengan jenis nada yang dihasilkan.
Fungsi gendang dalam musik ensembel / gamelan jawa adalah  untuk mengatur tempo/irama lagu dalam permainan gamelan.

2. Bonang
     Bonang adalah instrumen musik yang dimainkan dengan cara dipukul dengan menggunakan pemukul khusus. Bonang terbuat dari perunggu, kuningan dan besi. Dalam gamelan jawa dikenal istilah bonang barung dan bonang penerus. Perbedaan bonang barung dan penerus terletak dari ukurannya serta fungsi keduanya. Bonang barung berukuran lebih besar dan beroktaf tengah hingga tinggi, berfungsi sebagai pembuka dan penuntun dari sebuah lagu. Sedangkan bonang penerus berukuran lebih kecil dan beroktaf tinggi dimainkan dengan kecepatan 2 kali lebih cepat dari bonang barung.

3. Saron
    Saron atau yang biasanya disebut juga ricik ,adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan dan dimainkan dengan cara dipukul. Saron terbuat dari lembaran logam, sedangkan pemukulnya terbuat dari kayu.

4. Demung
    Demung merupakan alat musik tradisional jawa tengah yang bentuknya sama seperti saron hanya memiliki ukuran yang lebih besar. Dalam satu pertunjukan gamelan biasanya terdapat minimal 2 demung yaitu demung laras Slendro dan demung laras 10. 5.Suling
    Jenis instrumen tradisional dari Jawa Tengah yang dipergunakan dalam set gamelan lainnya adalah suling. Suling terbuat dari bambu wuluh atau paralon yang diberi lubang sebagai penentu nada atau laras. Pada salah satu ujungnya yaitu bagian yang di tiup yang melekat di bibir diberi lapisan tutup dinamakan jamangan yang berfungsi untuk mengalirkan udara sehingga menimbulkan getaran udara yang menimbulkan bunyi atau suara Adapun teknik membunyikannya dengan cara di tiup.Pelog.

6. Siter
   Siter merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang sumber bunyinya adalah string (kawat). Teknik menabuhnya dengan cara di petik. Jenis instrumen ini di lihat dari bentuk dan warna bunyinya ada tiga macam, yaitu siter, siter penerus (ukurannya lebih kecil dari pada siter), dan clempung (ukurannya lebih besar dari pada siter).

7. Gong dan Kempul
    Gong dan Kempul merupakan alat musik tradisional jawa tengah yang terbuat dari timah dan tembaga. Dimainkan dengan cara dipukul. Rangkain instrumen gong terdiri dari kempul, gong suwukan, gong berlaras Barang, dan gong besar (ageng) yang ditata pada gayor yaitu tempat untuk menggantung kempul dan gong.

8. Gambang
    Gambang merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang terbuat dari bahan kayu berbentuk rangkaian atau deretan bilah-bilah nada yang berjumlah dua puluh bilah. Cara membunyikan gambang adalah dipukul dengan tabuh khusus gambang. Fungsi gambang dalam sajian karawitan sebagai pangrengga lagu.

9.Slenthem
    Slenthem merupakan salah satu instrumen / alat musik tradisional dari jawa tengah yang terdiri dari lembaran lebar logam tipis yang diuntai dengan tali dan direntangkan di atas tabung-tabung. Dibunyikan dengan cara dipukul dan menghasilkan dengungan rendah atau gema yang mengikuti nada saron, ricik, dan balungan.

10. Kenong
    Kenong adalah alat musik tradisional Jawa Tengah yang berfungsi sebagai penentu batas gatra dan penegas irama. Kenong dibunyikan dengan cara dipukul. Bentuk kenong hampir sama dengan bonang hanya saja ukurannya lebih besar. Alat ini juga dipukul menggunakan alat pemukul kayu yang dililitkan kain. Jumlah dalam satu set bervariasi tapi biasanya sekitar 10 buah.

3. Rumah adat khas suku jawa
Rumah Adat : Rumah Bangsal Kencono, Rumah Joglo, Rumah Padepokan Jawa Tengah, situbondo


4. upacara adat khas suku jawa


A.Upacara adat perkawinan
    Upacara perkawinan adat pengantin Jawa sebenarnya bersumber dari tradisi keraton. Bersamaan dengan itu lahir pula seni tata rias pengantin dan model busana pengantin yang aneka ragam. Seiring perkembangan zaman, adat istiadat perkawinan tersebut, lambat laun bergerak keluar tembok keraton. Sekalipun sudah dianggap milik masyarakat, tapi masih  banyak calon pengantin yang ragu-ragu memakai busana pengantin basahan (bahu terbuka) yang konon hanya diperkenankan bagi mereka yang berkerabat dengan keraton.
     Pada dasarnya banyak persamaan yang menyangkut upacara perkawinan maupun tata rias serta busana kebesaran yang dipakai keraton Yogyakarta, Surakarta dan mengkunegara. Perbedaan yang ada bisa dikatakan merupakan identitas masing-masing yang menonjolkan ciri khusus, dan itu justru memperkaya khasanah budaya bangsa kita. Bertolak dari kenyataan tersebut, sudah sering diselenggarakan sarahsehan yang berkenan dengan adat istiadat perkawinan oleh kerabat keraton, agar masyarakat merasa mantap mendandani calon pengantin dengan gaya keraton, sekaligus agar tidak terjadi kekeliruan dalam penerapannya. Kali ini PENGANTIN menampilkan rangkaian upacara adat Pengantin Jawa.

seserahan
    Setelah dicapai kata sepakat oleh kedua belah pihak orang tua tentang perjodohan putra-putrinya, maka dilakukanlah 'serah-serahan' atau disebut juga 'pasoj tukon'. Dalam kesempatan ini pihak keluarga calon mempelai putra menyerahkan barang-barang tertentu kepada calon mempelai putri sebagai 'peningset', artinya tanda pengikat. Umumnya berupa pakaian lengkap, sejumlah uang, dan adakalanya disertai cincin emas buat keperluan 'tukar cincin'.


 Pingitan
    Saat-saat menjelang perkawinan, bagi calon mempelai putri dilakukan 'pingitan' atau 'sengkeran' selama lima hari, yang ada pada perkembangan selanjutnya hanya cukup tiga hari saja. Selama itu calon mempelai putri dilarang keluar rumah dan tidak boleh bertemu dengan calon  mempelai putra. Seluruh tubuh pengantin putri dilulur dengan ramu-ramuan, dan dianjurkan pula berpuasa. Tujuannya agar pada saat jadi pengantin nanti, mempelai putri tampil cantik sehingga membuat pangling orang yang menyaksikannya.

Pasang Bleketepe/ Tarup
    Upacara pasang 'tarup' diawalkan dengan pemasangan 'bleketepe' (anyaman daun kelapa) yang dilakukan oleh orangtua calon mempelai putri, yang ditandai pula dengan pengadaan  sesajen. Tarup adalah bangunan darurat yang dipakai selama upacara berlangsung. Pemasangannya memiliki persyaratan khusus yang mengandung makna religius, agar rangkaian upacara berlangsung dengan selamat tanpa adanya hambatan.


siraman
   Orangtua calon mempelai putri mengambil air dari 7 sumur, lalu dituangkan ke wadah kembang setaman. Orangtua calon mempelai putri mengambil air 7 gayung untuk diserahkan kepada panitia yang akan mengantarnya ke kediaman calon mempelai putra. Upacara ini dimulai dengan sungkeman kepada orangtua calon pengantin serta para pini sepuh.
Siraman dilakukan pertama kali oleh orangtua calon pengantin, dilanjutkan oleh para pinih sepuh, dan terakhir oleh ibu calon mempelai mempelai putri, menggunakan kendi yang kenudian dipecahkan ke lantai.

Paes/ Ngerik
  Setelah siraman, dilakukan upacara ini, yakni sebagai lambang upaya memperindah diri secara lahir dan batin. 'Paes' (Rias)nya baru pada tahap 'ngalub-alubi' (pendahuluan), untuk memudahkan paes selengkapnya pada saat akan dilaksanakan temu. Ini dilakukan dikamar calon mempelai putri, ditunggui oleh para ibu pini sepuh.
Sembari menyaksikan paes, para ibu memberikan restu serta memanjatkan do'a agar dalam upacara pernikahan nanti berjalan lancar dan khidmat. Dan semoga kedua mempelai nanti saat berkeluarga dan menjalani kehidupan dapat rukun 'mimi lan mintuno', dilimpahi keturunan dan rezeki.

Dodol Dawet
  Prosesi ini melambangkan agar dalam upacara  pernikahan yang akan dilangsungkan, diknjungi para tamu yang melimpah bagai cendol dawet yang laris terjual. dalam upacara ini, ibu calon mempelai putri bertindak sebagai penjual dawet, didampingi dan dipayungi oleh bapak calon mempelai putri, sambil mengucapkan : "Laris...laris". 'Jual dawet' ini dilakukan dihalaman rumah. Keluarga. kerabat adalah pembeli dengan pembayaran 'kreweng' (pecahan genteng).

Midodareni
   Ini adalah malam terakhir bagi kedua calon mempelai sebagai bujang dan dara sebelum melangsungkan pernikahan ke esokan harinya. Ada dua tahap upacara di kediaman  calon mempelai  putri. Tahap pertama, upacara 'nyantrik', untuk  meyakinkan bahwa calon mempelai putra akan hadir pada upacara pernikahan yang waktunya sudah ditetapkan Kedatangan calon mempelai putra diantar oleh wakil orangtua, para sepuh, keluarga serta kerabat untuk menghadap calon mertua.
Tahap kedua, memastikan bahwa keluarga calon mempelai putri sudah siap melaksanakan prosesi pernikahan dan upacara 'panggih' pada esok harinya. Pada malam tersebut, calon mempelai putri sudah dirias sebagaimana layaknya.

Pernikahan
  Pernikahan, merupakan upacara puncak yang dilakukan menurut keyakinan agama si calon mempelai. Bagi pemeluk Islam, pernikahan bisa dilangsungkan di masjid atau di kediaman calon mempelai putri. Bagi pemeluk Kristen dan Katolik, pernikahan bisa dilangsungkan di gereja.
Ketiga pernikahan berlangsung, mempelai putra tidak diperkenankan memakai keris. Setelah upacara pernikahan selesai, barulah dilangsungkan upacara adat, yakni upacara 'panggih' atau 'temu'.


Wijik
   Mempelai putra menginjak telur ayam hingga pecah. Lalu mempelai putri membasuh kaki mempelai putra dengan air kembang setaman, yang kemudian dikeringkan dengan handuk. Prosesi ini malambangkan kesetiaan istri kepada suami. Yakni, istri selalu berbakti dengan sengan hati dan bisa memaafkan segala hal yang kurang baik yang dilakukan suami. Setelah wijik dilanjutkan dengan 'pageran', maknanya agar suami bisa betah di rumah. Lalu diteruskan dengan sembah sungkem mempelai putri kepada mempelai putra.

Pupuk
   Ibu mempelai putri mengusap ubun-ubun mempelai putra sebanyak tiga kali dengan air kembang setaman. Ini sebagai lambang penerimaan secara ikhlas terhadap menantunya sebagai suami dari putrinya.

Bobot Timbang
   Kedua mempelai duduk dipangkuan bapak mempelai putri. Mempelai putri berada dipaha sebelah kiri, mempelai putra dipaha sebelah kanan. Upacara ini disertai dialog antara ibu dan bapak mempelai putri. "Abot endi bapakne?" ("Berat yang mana, Pak) kata sang ibu. "Podo, podo abote," ("Sama beratnya") sahut sang bapak. Makna dari upacara ini adalah kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besar dan beratnya.



Guno Koyo - Kacar-kucur
   Pemberian 'guno koyo' atau 'kacar-kucur' ini melambangkan pemberian nafkah yang pertama kali dari suami kepada istri. Yakni berupa : kacang tolo merah, keledai hitam, beras putih, beras kuning dan kembang telon ditaruh didalam 'klasa bongko' oleh mempelai putra yang dituangkan ke pangkuan mempelai putri. Di pangkuan mempelai putri sudah disiapkan serbet atau sapu tangan yang besar. Lalu guno koyo dan kacar-kucur dibungkus oleh mempelai putri dan disimpan.

B.INGIN MEMILIKI ANAK
    Ada beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan oleh masyarakat jawa terutama yang terdapat pada seseorang yang sudah berumah tangga. Seorang ibu yang menginginkan seorang anak, akan tetapi belum juga dikasih maka seorang ibu tersebut mengadakan yang dinamakan mupu, mupu yaitu memungut anak. Tujuannya agar menyebabkan hamilnya seorang ibu yang memungut anak. Pada saat ibu hamil, jika wajahnya terlihat tidak bersih dan tidak tampak cantik seperti biasanya, maka dapat disimpulkan bahwa anaknya adalah laki-laki, akan tetapi, jika ibu wajahnya tampak bersih dan tampak cantik maka dapat disimpulkan bahwa anaknya perempuan.
    Ketika seorang ibu hamil memasuki kehamilannya yang 7 bulan, maka akan diadakan acara tujug bulanan atau mitoni. Tujuannya yaitu agar seorang calon bayi dan calon ibu sehat dan lancar dalam persalinan nanti. Pada tujuh bulanan ada beberapa ritual yang dilakukan, salah satunya yaitu calon ibu di mandikan dengan air yang diambil dari tujuh sumber yang berbeda dan juga ditambahkan bunga tujuh macam agar wangi. Ada juga masyarakat yang hanya merayakan tujuh bulanan ini dengan acara selamatan khataman quran. Karena simpel tidak terlalu ribet. Pada tujuh bulanan ini pasa masa sekarang tidak hanya dilakukan pasa suku jawa, akan tetapi ada suku lain juga yang mengikuti adat suku jawa ini.
    Pada saat seorang bayi itu lahir, maka akan diadakan selametan, biasanya sering juga disebut dengan brokohan. Pada saat brokohan dilakukan, maka disediakan nasi tumpeng lengkap dengan sayur dan lauk pauknya. Pada saat seorang bayi berusia 35 hari, maka diadakan acara selametan selapanan, pada acara selapanan, rambut seorang bayi akan dipotong habis. Tujuannya agar rambut bayi tersebut akan tumbuh lebat. Dalam acara selapanan
    Adat selanjunya yaitu tedak-siten. Adat ini dilakukan ketika seorang bayi beusia 8 atau 9 bulan. Adat seperti ini yaitu dimana seorang bayi untuk pertama kalinya menginjak kakinya ke atas tanah. Dalam pelaksanaan tedak siten ini orang tua harus membantu dengan menuntun sang anak untuk berjalan diatas cobekan yang didalamnya berisi sesaji makanan sejenis dodol yang terbuat dari bahan beras ketan berwarna putih dan merah serta beras kuning. Setelah itu sang anak diturunkan ke atas tanah dengan dibimbing oleh orang tuanya. Kemudian ibu dan sang anak masuk di dalam kurungan anak, didalam kurungan tersebut tersedia berbagai mainan yang bisa dipilih oleh sang anak.
Ketika menjelang remaja, tiba waktunya seorang anak ditetaki atau dikhitan.
    Adat istiadat tersebut selalu dilakukan oleh masyarakat suku jawa. Tradisi ini masih selalu dilakukan oleh suku jawa setiap pertumbuhan sang bayi, sejak lahir yang selalu diadakan acara-acara yang sudah menjadi tradisi suku jawa sampai seorang anak tersebut memasuki tetaki atau khitan.

C. Selamatan
adalah upacara makan bersama yang telah diberi doa sebelumnya. Ada empat selamatan di Jawa sebagai berikut.
Selamatan lingkaran hidup manusia, meliputi: hamil tujuh bulan, potong rambut pertama, kematian, dan kelahiran.
Selamatan bersih desa, upacara sebelum, dan sesudah panen.
Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari/bulan-bulan besar Islam.
Selamatan yang berhubungan dengan peristiwa khusus, perjalanan jauh, ngruwat, dan menempati rumah baru. Jenis selamatan kematian, meliputi: nelung dina (tiga hari), mitung dina (tujuh hari), matang puluh dina (empat puluh hari), nyatus (seratus hari), dan nyewu (seribu hari).




2.2 SUKU BATAK
   Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. dan Suku Batak terdiri dari beberapa sub suku yang berdiam di wilayah Sumatera Utara, Kota Subulussalam, Aceh Singkil dan Aceh Tenggara. Sub suku Batak adalah: Suku Alas, Suku Kluet,Suku Karo , Suku Toba , Suku Pakpak , Suku Dairi , Suku Simalungun , Suku Angkola , Suku Mandailing.
   Saat ini pada umumnya orang Batak menganut agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Islam Sunni. Tetapi ada pula yang menganut kepercayaan tadisional yakni: tradisi Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
Konsep Religi Suku Bangsa Batak – Debata Mulajadi Na Bolon
Di daerah Batak atau yang dikenal dengan suku bangsa Batak, terdapat beberapa agama, Islam dan Kristen (Katolik dan Protestan). Agama Islam disyiarkan sejak 1810 dan sekarang dianut oleh sebagian besar orang Batak Mandailing dan Batak Angkola.
   Agama Kristen Katolik dan Protestan disyiarkan ke Toba dan Simalungun oleh para zending dan misionaris dari Jerman dan Belanda sejak 1863. Sekarang ini, agama Kristen (Katolik dan Protestan) dianut oleh sebagian besar orang Batak Karo, Batak Toba, Batak Simalungun, dan Batak Pakpak.
  Orang Batak sendiri secara tradisional memiliki konsepsi bahwa alam ini beserta isinya diciptakan oleh Debata Mulajadi Na Bolon (Debata Kaci-kaci dalam bahasa Batak Karo). Debata Mulajadi Na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu, yaitu Siloan Nabolon (Toba) atau Tuan Padukah ni Aji (Karo).
Menyangkut jiwa dan roh, orang Batak mengenal tiga konsep yaitu sebagai berikut.
Tondi, adalah jiwa atau roh seseorang yang sekaligus merupakan kekuatannya.
Sahala, adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang.
Begu, adalah tondi yang sudah meninggal.


Konsep Ikatan Kerabat Patrilineal Suku Bangsa Batak
   Perkawinan pada orang Batak merupakan suatu pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki atau perempuan. Perkawinan juga mengikat kaum kerabat laki-laki dan kaum kerabat perempuan.
   Menurut adat lama pada orang Batak, seorang laki-laki tidak bebas dalam memilih jodoh. Perkawinan antara orang-orang rimpal, yakni perkawinan dengan anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya, dianggap ideal. Perkawinan yang dilarang adalah perkawinan satu marga dan perkawinan dengan anak perempuan dari saudara perempuan ayahnya.
   Kelompok kekerabatan orang Batak memperhitungkan hubungan keturunan secara patrilineal, dengan dasar satu ayah, satu kakek, satu nenek moyang. Perhitungan hubungan berdasarkan satu ayah sada bapa (bahasa Karo) atau saama (bahasa Toba). Kelompok kekerabatan terkecil adalah keluarga batih(keluarga inti terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak).
    Dalam kehidupan masyarakat Batak, ada suatu hubungan kekerabatan yang mantap. Hubungan kekerabatan itu terjadi dalam kelompok kerabat seseorang, antara kelompok kerabat tempat istrinya berasal dengan kelompok kerabat suami saudara perempuannya.
Tiap-tiap kelompok kekerabatan tersebut memiliki nama sebagai berikut.
Hula-hula; orang tua dari pihak istri, anak kelompok pemberi gadis.
Anak boru; suami dan saudara (hahaanggi) perempuan kelompok penerima gadis.
Dongan tubu; saudara laki-laki seayah, senenek moyang, semarga, berdasarkan patrilineal.
Konsep Pemimpin Politik Suku Bangsa Batak
Pada masyarakat Batak, sistem kepemimpinan terdiri atas tiga bidang.
Bidang adat. Kepemimpinan pada bidang adat ini tidak berada dalam tangan seorang tokoh, tetapi berupa musyawarah Dalihan Na Tolu (Toba), Sangkep Sitelu (Karo). Dalam pelaksanaannya, sidang musyawarah adat ini dipimpin oleh suhut (orang yang mengundang para pihak kerabat dongan sabutuha, hula-hula, dan boru dalam Dalihan Na Tolu).
Bidang agama. Agama Islam dipegang oleh kyai atau ustadz, sedangkan pada agama Kristen Katolik dan Protestan dipegang oleh pendeta dan pastor.
Bidang pemerintahan. Kepemimpinan di bidang pemerintahan ditentukan melalui pemilihan.


   Konsep Agrikultural Suku Batak – Marsitalolo dan Solu. Orang Batak bercocok tanam padi di sawah dengan irigasi. Pada umumnya, panen padi berlangsung setahun sekali. Namun, di beberapa tempat ada yang melakukan panen sebanyak dua atau tiga kali dalam setahun (marsitalolo).
    Selain bercocok tanam, peternakan merupakan mata pencarian penting bagi orang Batak. Di daerah tepi danau Toba dan pulau Samosir, pekerjaan menangkap ikan dilakukan secara intensif dengan perahu (solu). Konsep Bahasa, Pengetahuan, dan Teknologi Suku Bangsa Batak Bahasa, pengetahuan, dan teknologi adalah bentuk budaya dasar sebuah bangsa atau suku bangsa. Mari kita ulas ketiga aspek tersebut pada suku bangsa Batak.

1. Bahasa
   Suku Batak berbicara bahasa Batak. Bahasa Batak termasuk ke dalam rumpun bahasa Melayu – Polinesia. Hampir setiap jenis suku Batak memiliki logat tersendiri dalam berbicara. Oleh karena itu bahasa Batak memiliki 6 logat, yakni logat Karo oleh orang Batak Karo, logat Pakpak oleh orang Batak Pakpak, logat Simalungun oleh orang Batak Simalungun, logat Toba oleh orang Batak Toba, Mandailing, dan Angkola.
2. Pengetahuan
   Masyarakat suku Batak mengenal sistem gotong royong kuno, terutama dalam bidang bercocok tanam. Gotong royong ini disebut raron oleh orang Batak Karo dan disebut Marsiurupan oleh orang Batak Toba. Dalam gotong royong kuno ini sekelompok orang (tetangga atau kerabat dekat) bahu-membahu mengerjakan tanah secara bergiliran.
3. Teknologi
   Teknologi tradisional suatu suku bangsa adalah bentuk kearifan lokal suku bangsa tersebut. Suku bangsa Batak terbiasa menggunakan peralatan sederhana dalam bercocok tanam, misalnya bajak (disebut tenggala dalam bahasa Batak Karo), cangkul, sabit (sabi-sabi), tongkat tunggal, ani-ani, dan sebagainya.
   Teknologi tradisional juga diaplikasikan dalam bidang persenjataan. Masyarakat Batak memiliki berbagai senjata tradisional seperti hujur (semacam tombak), piso surit (semacam belati), piso gajah dompak (keris panjang), dan podang (pedang panjang).
   Di bidang penenunan pun teknologi tradisional suku Batak sudah cukup maju. Mereka memiliki kain tenunan yang multifungsi dalam kehidupan adat dan budaya suku Batak, yang disebut kain ulos.
a.Konsep Marga dalam Suku Bangsa Batak
   Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, kata ‘marga’ merupakan istilah antropologi yang bermakna ‘kelompok kekerabatan yang eksogam dan unilinear, baik secara matrilineal maupun patrilineal’ atau ‘bagian daerah (sekumpulan dusun) yang agak luas (di Sumatra Selatan).
    Marga adalah identitasnya suku Batak. Marga diletakkan sebagai nama belakang seseorang, seperti nama keluarga. Dari marga inilah kita dapat mengidentifikasi bahwa seseorang adalah benar orang Batak.   Ada lebih dari 400 marga Batak, inilah beberapa di antaranya:Aritonang, Banjarnahor (Marbun), Baringbing (Tampubolon), Baruara (Tambunan), Barutu (Situmorang), Barutu (Sinaga), Butarbutar, Gultom,     Harahap, Hasibuan, Hutabarat, Hutagalung, Gutapea, Lubis, Lumbantoruan (Sihombing Lumbantoruan), Marpaung, Nababan, Napitulu, Panggabean,   Pohan, Siagian (Siregar), Sianipar, Sianturi, Silalahi, Simanjuntak, Simatupang, Sirait, Siregar, Sitompul, Tampubolon, Karokaro Sitepu, Peranginangin Bangun,  Ginting Manik, Sembiring Galuk, Sinaga Sidahapintu, Purba Girsang, Rangkuti.
    Masyarakat Batak yang menganut sistim kekeluargaan yang Patrilineal yaitu garis keturunan ditarik dari ayah. Hal ini terlihat dari marga yang dipakai oleh orang Batak yang turun dari marga ayahnya. Melihat dari hal ini jugalah secara otomatis bahwa kedudukan kaum ayah atau laki-laki dalam masyarakat adat dapat dikatakan lebih tinggi dari kaum wanita. Namun bukan berarti kedudukan wanita lebih rendah. Apalagi pengaruh perkembangan zaman yang menyetarakan kedudukan wanita dan pria terutama dalam hal pendidikan.
A.      PAKAIAN SUKU BATAK
Ulos merupakan pakaian adat dari Sumatera Utara. Ulos adalah kain tenun khas Batak, yang secara harfiah berati selimut yang menghangatkan tubuh; melindungi dari terpaan udara dingin. Ulos bisa merankan berbagai fungsi sandang, sebagai selendang, sarung, penutup kepala, dan lain sebagainya. Hari ini, Ulos masih lestari di lingkungan masyarakat Sumatera Utara. Ulos telah dengan mulus berakulturasi dengan berbagai jenis sandang modern, seperti kemeja dan jas.

Ulos dianggap sebagai peninggalan leluhur orang Batak, yang merupakan bangsa yang hidup di dataran-dataran tinggi pegunugan. Dengan maksud tetap menjaga tubuh tetap hangat, kain Ulos mereka kenakan untuk menghalau dingin selama mereka berladang dan beraktivitas lainnya. Konon, dari tradisi ini juga lahirnya uangkapan bahwa, bagi leluhur orang Batak, ada tiga sumber yang memberi kehangatan pada manusia, yakni matahari, api dan Ulos. Jika sumber panas matahari dan api terbatas oleh ruang dan waktu, maka tidak demikian dengan Ulos, yang bisa memberi kehangatan kapanpun dan dimanapun.

Ulos dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, dari mulai sebagai kain penutup kepala, penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain sebagainya. Ulos dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang berbeda-beda, misalnya pada masyarakat Batak Simalungun, Ulos penutup kepala wanita disebut suri-suri, Ulos penutup badan bagian bawah bagi wanita disebut ragipane, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Ulos dalam pakaian pengantin Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang disebut dalihan natolu, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (sarung).


      
B.      KESENIAN SUKU BATAK
1.       Seni Tari
Tari Tortor menjadi salah satu kesenian yang paling menonjol dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba. Manortor (menari, bahasa Batak Toba) merupakan lambang bentuk syukur kepada Mulajadi Nabolon, dewa pencipta alam semesta, dan rasa hormat kepada hula-hula dalam konsep kekeluargaan mereka. Oleh karena itu, tari ini biasanya dilakukan dalam upacara ritual, ataupun dalam upacara adat, seperti acara pernikahan.
2.       Seni Musik
Sejumlah alat musik juga menjadi bagian dalam pelaksanaan upacara ritual dan upacara adat dalam kebudayaan orang-orang Batak Toba. Dua jenis ansambel musik, gondang sabangunan dan gondang hasapi merupakan alat musik tradisional yang paling sering dimainkan. Menurut mitologi etnik Batak Toba, kedua alat musik tersebut merupakan milik Mulajadi Nabolon, sehingga harus dimainkan untuk menyampaikan permohonan kepada sang dewa.
Seni Kerajinan
Martonun, atau keterampilan dalam membuat kais ulos dengan alat tenun tradisional, merupakan salah satu seni kerajinan dalam tradisi adat Batak Toba, yang hingga saat ini masih bisa dijumpai di pedalaman Pulau Samosir dan daerah-daerah lainnya di sekitar Danau Toba. Masyarakat Batak Toba melakukan berbagai seni kerajinan sesuai dengan peran dan fungsinya dalam struktur adat dan religi yang mereka percaya.
3.       Seni Sastra
Ada banyak seni sastra yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, meliputi sastra lisan dan sastra tulisan. Beragam cerita rakyat, seperti terjadinya Danau Toba dan Batu Gantung, menjadi legenda yang sampai saat ini masih bisa kita dengar. Pantun-pantun yang disebut umpasa juga ada dalam kebudayaan Batak Toba, yang menjadi kearifan lokal etnik tersebut. Semua seni sastra itu memiliki makna filosofis dalam kehidupan mereka.
4.       Seni Rupa
Seni pahat dan seni patung menjadi keterampilan utama dalam seni rupa tradisional yang hidup di Batak Toba. Ukiran-ukiran yang terdapat gorga atau ornamen rumah adat mereka, menjadi bukti keindahan dari seni pahat masyarakat Batak Toba. Sedangkan, seni patung bisa dilihat dari banyak peralatan tradisional, seperti sior dan hujur (panah), losung gaja (lesung besar), serta parpagaran dan sigale-gale (alat untuk memanggil kekuatan gaib).






BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
    Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan budaya yang ada di Indonesia sangat beragam , sehingga kebudayaan tersebut telah menjadi jati diri bangsa Indonesia. Sehingga kebudayaan tersebut telah menjadi aset yang beharga karena menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia yang sangat beraneka ragam.
 3.2 SARAN
Kita sebagai warga Negara Indonesia seharusnya sangat bersyukur dan bangga atas apa yang ada di Indonesia termasuk budaya Indonesia yang beraneka ragam dan sangat indah , dan seharusnya kita sebagai para generasi muda harus melestarikann budaya Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA
PUSAKAPUSAKA.COM
Kebudayaanindonesia.net
Febbyrachma.blogspot.co.id